Jumat, 18 Maret 2011

ILUSTRASI MAHASISWA POPULIS







Dialektika konteks namanya. Ale panggilannya. Seorang pemuda tegap, rambutnya gondrong ikal, dengan jambang lebat tumbuh mengitari pipi, dan janggut yang melingkar dibawah dagunya. Gaya jalannya agak sedikit mengangkang,namun penuh ambisi. Selalu memakai kemeja kotak kotak, dengan kaos oblong didalamnya, dan celana jins robek menutupi pinggang ke bawah.

Mahasiswa fakultas pergerakan, universitas kehidupan. Semester 4.
“Sabar,sabar dan tunggu itu jawaban yang kami terima…ternyata kita harus kejalan robohkan setan yang berdiri mengangkang…ooo ya o..ya bongkar”. Bunyi alarm dgn lagu “bongkar” iwan fals membangunkannya tepat Pukul 8 pagi. Namun 8.15 dia baru beranjak dari kasur, mandi dan konsisten setiap pagi untuk selalu memberikan setoran alamiah kepada bank toilet. Sambil masih mengenakan handuk, ale mengambil 2 sendok makan kopi hitam, 1 setengah sendok gula tergabung dalam 1 gelas kaca 250ml. itulah pengantar sarapan paginya sebelum berangkat ke kampus.

Ale adalah seorang aktivis mahasiswa. Dia telah membangun 4 kelompok diskusi dari 7 fakultas yang ada dikampusnya.serta aktif pula mengajar disekolah rakyat. Semacam sekolah gratis untuk anak jalanan dan kaum miskin. Namun, berbeda dengan sekolah-sekolah umum atau sekolah alternatif lainnya, sekolah rakyat yang dibangun bersama kawan kawan kelompok diskusinya ini, lebih fokus pada pemberian skill kepada anak-anak jalanan, seperti melukis, mematung, menari, dan bermain teater.
Ada juga pengetahuan sosial, seperti mengenai sejarah masyarakat, sejarah perjuangan bangsa, dan dasar-dasar filsafat. “Intinya kami memberikan mereka pengetahuan yang membebaskan fikiran mereka dari kapitalisme,” ujar Ale.
Dengan memberikan pelajaran seperti ini, Ale dan kawan-kawan menyakini bahwa anak-anak ini akan berguna secara sosial, lebih peka terhadap persoalan rakyat, dan karya-karyanya pun mencerminkan perjuangan rakyat.
Hal-hal populis yang telah dibangunnya jauh berbeda dengan aktivitas aktivitas mahasiswa lain yang lebih didominasi dengan hura-hura,dugem,mabuk2an,narkoba, acuh dengan keadaan sosial sekitarnya, bahkan ada yang sibuk dengan membuat event event hiburan seperti parade band,dance,olahraga. Yang hanya menghasilkan sesuatu bersifat semu dan kontra produktif. Apakah seperti itu kaum kaum intelektualnya yang katanya sebagai pemuda harapan bangsa? Dimanakah sikap empati dan kepedulian mereka sebagai manusia terhadap sesama manusia? Dan apakah nantinya setelah melepas status mahasiswanya(sarjana), bisa menjawab permasalahan yang ada dimasyarakat?



Rabu, 22 Desember 2010

Jalan pembebasan adalah Kesadaran




Kesadaran mengajarkan banyak hal.
Ia tercipta dari suatu kebenaran.
Dengan melihat kebenaran dulu, maka barulah tercipta kesadaran.
Ia mengajarkan untuk melihat betapa tertindasnya kaum miskin,buruh,petani.
Betapa banyaknya pembodohan yang dilakukan untuk memiskinkan dan merampas hak manusia
Betapa tidak adilnya hukum, saat harus berat sebelah dan tidak memihak.karena uang dan kuasa.
Kesadaran adalah cahaya terang yang menuntun melihat jalan.ketika kegelapan keserakahan dan kemunafikan manusia menyelimuti. Ia mengantarkan ke jalan pembebasan.
Jalan perjuangan,pergerakan untuk melawan PENGUASA..!!

Kebun Sawit, dan Kharotin

        Bukan artis, politikus,  tetapi buruh.

 Dikalimantan tengah sendiri memiliki berbagai macam perusahaan yang berorientasi dibidang sawit, salah satunya adalah PT Binasawit Adipratama, Km 105, Sampit. Selama beberapa hari saya menetap disitu dalam rangka pelatihan jurnalistik, bersama kawan-kawan dari berbagai tempat dikalteng, dan beragam profesi. Disana bertemu juga dengan beberapa buruh sawit, kebetulan mereka suami isteri.

Namanya Bapak kharotin, dia adalah seorang berdarah jawa yang berasal dari kebumen, jawa tengah. Bersama isteri dan kedua anaknya, Semenjak tujuh tahun yang lalu dia mengawali kehidupan baru di kebun sawit. Disitu,  Profesi yang ditempuhnya adalah sebagai buruh harian perawatan kelapa sawit. Sedangkan isterinya sebagai karyawan memasak di kantinnya buruh sawit. Komariah nama isterinya.

            Alasan mereka sehingga memutuskan untuk hijrah bekerja ke Kalimantan, adalah karena tawaran salah seorang kolega mengenai pekerjaan yang menjanjikan dikebun kelapa sawit. Berawal dari ketidak sengajaan saya untuk berbelanja sebungkus nikotin dan sebuah pemantik api diwarung bu komariah. Bu komariah wanita berusia sekitar 60an ini memiliki mimik wajah yang serius, mata yang tajam dan memiliki gigi bagian atas palsu berjumlah 3, yang sepertinya itu terbuat dari timah. Dan bapak kharotin duduk bertelanjang dada disebelah kiri warung, tepatnya dibangku kayu tanpa sandaran, dibelakang rumah mereka. Kulitnya hitam legam, perutnya buncit, bulu dadanya panjang namun jarng-jarang, menyambung sampai perut. Meski janggutnya sudah putih tapi punggungnya terihat masih tegak dan berisi.

            Perlahan saya dekati dan menyapanya, dia membalasnya dengan senyum kecil yang hangat. Pra perkenalan pun dimulai, dengan tepukan dipundak dari bu komariah sambil meyodorkan uang kembalian. Setelah dipersilahkan duduk, saya pun memulai perkenalan. Disusul perbincangan dan beberapa pertanyaan kepada mereka. Tidak terlalu lama kami berbincang. Namun ada semacam kegelisahan yang bisa ditangkap dari hasil yang singkat itu. Adanya diskriminasi menyangkut profesi mereka, pembagian kelas buruh SKO dan BHL. SKO lebih enak daripada BHL, kalau SKO pendidikan untuk anak gratis dan pelayanan kesehatan umumnya diberikan. Sedangkan BHL, bila ingin mendapatkan pendidikan harus bayar, pelayanan kesehatannya pun tidak diberikan, upahnya juga rendah. Bila sakit, terpaksa mereka harus cari rumah sakit di luar dari areal habitatnya.

Kebun kelapa sawit adalah sebuah eksploitasi terhadap sumber daya alam, sekaligus buruh atau kaum pekerjanya disitu. Mengapa disebut eksploitasi? Karena dalam metode pembentukan kebun kelapa sawitnya sendiri, menggunakan cara cara yang berlandaskan kerakusan, kotor, semena-mena tanpa memperdulikan dampak yang akan terjadi terhadap wadah yang dikatakan kaya akan sumber daya alam itu. Yang penting mereka untung, namun mengacuhkan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan nanti, dan kesejahteraan masyarakat local yang tinggal di tempat itu. Sedangkan ekploitasi terhadap buruhnya adalah, upah rendah yang diberikan namun resiko pekerjaan besar, tidak adanya asuransi jiwa terhadap buruh, pelayanan kesehatan yang diskriminatif.


             Apakah keadilan mengenai hak dan jaminan keselamatan, serta kesehatan buruh sudah terpenuhi?
            Sedangkan eksploitasi terhadap kaum pekerja, perampasan sumber daya alam, dan pengrusakan lingkungan bertopeng sawit, masih dan sedang berlangsung…

           
 

STOP PERAMPASAN TANAH KAUM PETANI DAN MASYARAKAT ADAT


Menulis membuat untuk berpikir.. berpikir mengenai kebenaran yang dirampas. Ketika seorang petani sudah melakukan hal yang benar,dengan mempertahankan tanah miliknya dari perusahaan sawit. Namun hal itu malah dikriminalisasikan oleh aparat yang mengaku melayani masyarakat, demi melegalkan kepentingan yang punya uang.

Seperti kasus yang menimpa pak wardian, seorang petani asal danau sembuluh, seruyan. Dikarenakan bersengketa dengan PT Salonok Ladang Mas (PT SLM), dia ditahan polres seruyan, namun sebelumnya dipanggil ke polsek bangkal dengan dugaan penganiayaan dan kemudin ditetapkan sebagai tersangka dengan kasus pencurian. Disini Polisi mengkriminalisikan pak wardian dengan tuduhan yang tidak cukup bukti dan mengada-ada, demi melindungi kepentingan perusahaan itu.

Disamping kasus pak wardian, ada pula kasus dari beberapa petani bangkal,seruyan. James Watt, Marseg Smsun Ali, dan Hanjung, karena telah membangun portal dan melakukan ritual adat di lahan yang disengketakan. James dengan 30 orang petani lainnya dipanggil oleh polisi, oleh PT HMBP memandang bahwa tanah itu sudah ia beri ganti rugi, sedangkan penduduk setempat mengatakan mereka tidak pernah menjual lahan tersebut

Itulah sebagian kasus perampasan tanah yang terjadi dikalteng, hanya sebagian yang terekspos. Para petani dan masyarakat adat yang sudah lama menetap dan lahir ditanahnya, tapi mereka ditindas dan dijajah. Masih berjuang untuk mempertahankan tanahnya sendiri dari tangan-tangan rakus.

Disaat kita sedang bersenang-senang dengan aktivitas dan kesibukan kita, perampasan tanah dan kriminilisasi sedang marak dan masih berlangsung ditanah kita. Bumi tambun bungai..